Pernah mendengar nama james marcus bach? Judul artikel ini diambil dari buku terjemahan karya james marcus bach “tinggalkan sekolah sebelum terlambat”. Belajar cerdas mandiri dan meraih sukses dengan metode bajak laut.
Sewaktu saya tahu ada buku dengan judul nyentrik menurut saya, tanpa berfikir panjang langsung saya beli. Nggak ada bosannya baca buku ini.
James marcus bach pernah putus sekolah dari sekolah menengah. Ia kemudian belajar mandiri secara otodidak dan berhasil menjadi manajer di perusahaan ternama apple. Ia juga menjadi pembicara dan pengajar bidang pengujian perangkat lunak di beberapa laboratorium dan universitas terkenal di dunia. Bech ingin menunjukkan bahwa upaya untuk meraih kecerdasanlah yang membuat kita cerdas.
Bukan hanya IQ yang dibawa sejak lahir atau sederetan ijazah formal. Kita tidak harus menjadi pelaut untuk bisa mengarungi samudra kehidupan. Bajak laut juga sanggup melakukannya, bahkan terkadang lebih hebat daripada para pelaut sekolahan.
Sekolah hanya sementara. Pendidikan tidak. Jika kita ingin berhasil dalam hidup, temukan sesuatu yang membuat kita takjub dan pelajarilah. Jangan menunggu sampai seseorang mengajari kita. Semangat kita yang berkobar-kobar akan menarik guru-guru untuk datang pada kita. Jangan mencemaskan tentang diploma atau sarjana. Berusahalah agar menjadi sangat baik sehingga tidak ada yang bisa menolak kita.
Cara caranya yang tidak biasa dalam mengembangkan kemampuan, telah menuntun menapaki tangga kesuksesan. Ini bukanlah tentang memperoleh kekayaan, jabatan, gelar, ataupun pujian. Melainkan tergugahnya sebuah kesadaran diri tentang eksistensi manusia sebagai indivudu pembelajar, yang mampu berkontribusi dan berkolaborasi mencapai kesejahteraan sosial. Bach menunjukkan bahwa kecerdasan bukanlah tentang berapa banyak fakta yang dapat dijejalkan melalui buku buku pelajaran dan bukan pula tentang pencapaian nilai ujiain yang tinggi di sekolah. Melainkan bagaimana kemampuan mengelola pikiran, menemukan passion, menjadi pribadi yang tumbuh lalu bermanfaat bagi kehidupan manusia bagi kehidupan di sekitarnya.
Menurut bach, pendidikan bukanlah setumpuk fakta. Bukan pula jam-jam yang kita habiskan di ruang kelas atau bagaimana kita bisa menjawab pertanyaan ujian. Pendidikan bukan indoktrinasi atau memuja para leluhur atau patuh pada yang berwenang, bukan juga mempercayai begitu saja kata kata siapapun tentang apa yang benar, yang salah, yang penting, dan yang lazim.
Pendidikan adalah “anda, kita” yang muncul melalui pembelajaran yang kita lakukan.
Ada fakta unik di nilai rapor bach. Di kelas 9, mata pelajaran sains mendapatkan nilai 94, padahal nyaris tidak pernah ikut pelajaran sains. Biasanya bolos dan bermain komputer di laboratorium. Bach ikut kelas sains setiap hari jumat supaya bisa ikut ujian. Di kelas 10, nilai fisika bach 49. Nilai yang bisa dikatakan rendah. Padahal bach sangat menyukai fisika. Di rumah, bach membuat gambar pesawat ruang angkasa dan menghitung kecepatan terbangnya serta waktu yang dibutuhkan untuk mencapai alpha centauri. Bach juga belajar lintasan roket dan yang membawa stasiun ruang angkasa ke dalam orbitnya, gaya sentrifugal yang bekerja pada stasiun ruang angkasa tersebut serta energi meteorid yang bekerja terhadap mereka di orbit.
Akan tetapi, itu semua bukan pekerjaan rumah. Jadi tidak ada nilainya.
Semua orang di dunia ini karenanya sudah dididik dengan cara tertentu. Kita umat manusia membangun pikiran kita sendiri, menganalisis, dan kemudian merekonstruksi pikiran itu sepanjang hidup kita. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang bisa memilih apakah dia perlu dididik atau tidak. Akan tetapi, kita bisa memilih bentuk pendidikan kita. Itu adalah tugas kehidupan.
Ini adalah sebuah rekam jejak pelayaran bach di samudra pengetahuan. Berawal dari kekecawaannya terhadap pembelajaran di sekolah, bach memutuskan untuk meninggalkannya lalu belajar dengan caranya sendiri dan terbukti berhasil menciptakan berbagai karya dalam dunia komputer yang menjadi passionnya. Kemampuan mengendalikan pikiran sendiri yang menghasilkan energi dahsyat untuk mendorong siapapun agar belajar dan menghidupkan passionnya. Lalu bagaimana dengan kita, saya dan anda. Apakah harus meniru bach untuk putus sekolah? Yang bisa saya garis bawahi dari pelayaran james marcus bach adalah yang tidak pernah berhenti itu belajar. Belajar apapun, dimanapun, darimanapun, kapanpun dan dengan siapapun. Suatu ketika kita akan mendapatkan passion kita yang sesungguhnya. Dan saya tekankan sekali lagi seperti dalam video saya sebelumnya, bukan materi yang menjadi acuan utama. Karna dengan melakukan passion kita yang sangat baik, materilah yang akan datang kepada kita. Yakinlah tuhan selalu bersama kita, karna kita berada di didalamnya.
sumber:
Buku Terjemahan Berjudul Tinggalkan Sekolah Sebelum Terlambat Karya James Marcus Bach 2011, Penerbit Kaifa